Sunday, June 12, 2016

Road to Reihan Putri S.H., LL.M part 1

Begitulah aku memberi nama folder di laptopku yang berisikan semua keperluan pendaftaran ke perguruan tinggi dan beasiswa.

Awalnya aku berpikir, siapalah saya, dah aku mah apa atuh kalo kata anak2 masa kini, sampe beraninya bikin tulisan kayak gini, tapi mengingat blog2 yg aku baca sangat banyak membantu dalam proses aku mendaftar ke perguruan tinggi luar negeri dan beasiswa, jadi ya ini kisahku, yg bukan siapa2, bisa mendapatkan kesempatan bersekolah master di luar negeri dengan beasiswa.

Oh iya, maafkan ini bukan hal yang berbau beauty tapi aku putuskan untuk kutulis di sini saja, biar mereka yg suka nyinyir sama cewek yang senang bermake up yang katanya gak punya otak, hanya mengandalkan kecantikan, bodoh mungkin, atau yg masih menganut paham kecantikan berbanding terbalik dengan kepintaran (walaupun gatau juga ya standarnya apa) ya ini aku tulis semoga membantu membuka mata kalian.

Latar Belakang

Keinginan untuk mengenyam pendidikan S2 sudah kumiliki bahkan sejak sebelum aku memulai kuliah S1 haha, alasannya cuma satu sih kalo waktu itu, karena aku baru diizinkan sekolah di luar negeri ketika S2.

Sejak sebelum lulus, aku sudah mengumpulkan banyak informasi mengenai perkuliahan master di luar negeri, mungkin mendatangi pameran pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu hobiku, bahkan sejak sebelum kuliah S1 larena aku memang memiliki tekad yg besar untuk menuntut ilmu di luar negeri, alasannya karena aku merasa dengan memiliki eksposur pada dunia internasional aku bisa memiliki cara pandang yg lebih luas, pergaulan yg lebih beragam, lebih dibandinglan jika aku berkuliah di Indonesia. Mendatangi pameran pendidikan untuk.mencari S2 itu lebih mudah dibandingkan mencari S1 karena kita sudah punya bayangan bidang apa yg ingin kita geluti.

Jangan tanya berapa pameran yg aku datangi karena rumahku aja penuh dengan brosur dan goodie bag hasil hunting ke pameran pendidikan, semua pertanyaan yg aku punya sebisa mungkin aku tanyakan ke representative univ yg datang di pameran. Dan sejujurnya aku baru saja membuang satu tas penuh berisi brosur perguruan tinggi luar negeri hasil berburu di pameran. Aku bahkan rela tidak mengikuti beauty event demi datang ke pameran pendidikan.

Aku tahu aku akan tetap berada dalam track bidang hukum. Awalnya aku ingin mengambil International Business Law, karena aku pikir itu jurusan yg banyak diminati dan mungkin akan lebih berguna di dunia kerja tetapi ternyata itu hanya sekedar ikut-ikutanan trend, setelah aku dalami lagi dan menggali apa sih yang sebenarnya aku mau dan aku butuhkan dan bermanfaat buat sekelilingku dan juga untuk Indonesia, ternyata aku lebih tertarik kepada hukum teknologi, karena melihat keseharianku sebagai lawyer dan blogger aku kerap mendapatkan pertanyaan yang berkaitan dengan hukum dalam dunia teknologi, dan aku penasaran apa jawabnya, juga belum banyak yang mendalami tentang hukum ini di Indonesia, jadi aku rasa ini bidang yang bisa menggabungkan dua duniaku.

Menentukan apa yang kamu mau pelajari adalah hal pertama yang harus kamu lakukan, dan penting, dengan begitu kamu bisa muai mencari universitas mana saja di dunia yang memiliki jurusan tersebut, kamu bisa membandingkan modul-modulnya, rankingnya, bisa menghubungi profesornya dan akhirnya menentukan mana yang paling tepat buat kamu.

Berangkat dari tips n tricks di blog orang2 yang sudah entah berapa jumlahnya yang kubaca, akupun bertekad akan menebar jaring sebanyak-banyaknya, as in daftar sebanyak2nya univ, jadi LoA hunter, dan semua beasiswa yg bisa dicoba akan aku apply. Banyak jalan menuju Roma, targeku cuma satu, kuliah di luar negeri dengan beasiswa.

IELTS

Hal pertama yang harus kita punya sebagai modal mendaftar perguruan tinggi dan beasiswa luar negeri adalah sertifikasi bahasa asing terutama bahasa Inggris, biasanya yang diakui antara 2 yaitu TOEFL IBT atau IELTS. Karena aku mengincar kampus di Eropa, aku merasa IELTS lebih dapat mengakomodir hal tersebut. Akhirnya aku pun mendaftar IELTS preparation selama 22 jam di IDP Pondok Indah, yang terdekat dari rumahku, karena kapasitansya sedikit maka aku baru mendapatkan tempat sebulan setelah aku mendaftar. Kemudian aku juga membeli buku untuk latihan di rumah dari Barrons, karena setelah browsing-browsing katanya buku dari Barrons salah satu yang terlengkap dan harganya juga tidak terlalu mahal dibandingkan yang terbitan Cambridge. Aku mengalokasikan waktu sekitar 2 jam setiap harinya selama 3 minggu untuk benar-benar belajar IELTS, sehabis jam kantor aku tidak langsung ke rumah tetapi belajar mengerjakan soal-soal di buku latihan IELTS, di mobil yang kudengarkan CD listening IELTS, di rumah sebelum tidur aku menonton TEDX, di handphone aku chatting dengan menggunakan bahasa Inggris, di blog aku menulis dengan bahasa Inggris, ngobrol dalam bahasa Inggris, membuat dialog-dialog khayalan saat lagi bengong juga dalam bahasa Inggris.

ini dia buku latihan IELTS yang aku gunakan

Tiga minggu termasuk waktu yang singkat juga sih untuk mempersiapkan IELTS, strategiku waktu itu, aku ingin mendapatkan hasil IELTS terlebih dahulu sebelum mendaftar ke kampus dan hanya mendaftar ke kampus yang persyaratan IELTSnya aku penuhi, agar aku tidak membuang-buang terlalu banyak uang, belajar dari pengalaman temanku yang sudah mendaftar ke kampus terlebih dahulu dan mendapatkan conditional offer tapi tak kunjung mendapatkan hasil IELTS yang diminta sampai berkali-kali tes, padahal tes IELTS itu warbiyasak mahalnya, 205 USD gak kemana cin. Aku memutuskan mengambil tes IELTS di British Council dengan satu alasan, paling murah, hahaha, karena IALF dan IDP waktu itu mematok harga 2,85jt sementara British Council hanya 2,7jt saja. Tesnya dilaksanakan di Hotel Milennium, yang harus kalian bawa kartu identitas dan jiwa raga aja sih, karena kalian gaboleh bawa masuk yang lainnya, bahkan jam tangan juga gaboleh, air minum dan alat tulis sudah disediakan di meja masing-masing. Aku mendapatkan jadwal tes speaking yang berbeda dengan listening, reading dan writing, tes speakingku diadakan keesokan harinya di kantor British Council di SCBD, ada cerita lucu dimana aku berangkat cuma menggunakan sendal jepit, aku melihat di mobil ada sepatuku jadi aku tenang-tenang saja, setelah sampai ternyata oh ternyata itu bukan sepatuku tapi sepatu mami, dimana kami memang punya beberapa sepatu yang kembar tapi ukuran kaki mami lebih kecil, dan itu bener-bener gak bisa dipaksain untuk masuk, sementara aku cuma menggunakan sendal jepit dan gak sopan banget kayaknya tes wawancara pake sendal jepit, mau beli sepatu pun disitu gak ada toko sepatu. Entah dapat hidayah darimana aku kepikiran buat beli kapas, betadine dan perban dan ceritanya kakiku lagi sakit -____-" hahahaha.

Hasil IELTS keluar dalam waktu 13 hari, tapi aku mendapat kabar bahwa hasilnya diundur, kemudian aku mendapat kabar bahwa hasilnya sudah bisa diambil, ketika aku sampai di kantor British Council lagi-lagi aku harus mendapat kecewa karena ternyata belum ada juga, akhirnya aku pulang lagi dan kehujanan, basah kuyub.  Alhamdulillah aku berhasil mendapatkan over all score 7.5 dalam first attempt. Pretty much bisa mendaftar ke berbagai kampus termasuk kampus yang memang sudah kuincar, dan juga cukup untuk mendaftar beasiswa.

Tips dari aku, aku agak menyesal sih karena kurang persiapan banget untuk IELTS, dan terkesan buru-buru, dan ternyata di luar sana banyak website yang menyediakan soal latihan IELTS gratis selama beberapa jam, atau kursus IELTS gratis selama beberapa minggu, kalau aku sudah tahu hal ini lebih dulu mungkin aku gak perlu mengeluarkan 2,5 juta untuk IELTS preparation di IDP  dan 700rb untuk membeli buku Barrons, alhamdulillahnya aku bisa langsung mendapatkan hasil yang memuaskan sih dalam sekali tes. Buat kalian saranku alokasikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan IELTS dan belajar dengan sungguh-sungguh karena uangnya gak sedikit brooh.

Swedish Institute




Beasiswa pertama yang berniat untuk aku coba adalah Swedish Institute, karena waktu itu deadlinenya cepat sekitar bulan Desember kalo tidak salah. Pada bulan Oktober aku sempatkan bertemu dengan representative dari Sweden, kemudian aku membuat akun dan memilih 2 univ dan 2 jurusan, Master of International Commercial and Arbitration Law di Stockholm University dan Master of European Business Law di Lund University, aku juga membuat akun di situs beasiswa SI. Bagaimanakah hasilnya? Setelah berpikir dan menimbang, akhirnya aku memilih tidak melanjutkan aplikasiku karena aku menjalaninya setengah hati, tidak ada kampus dengan bidang yang benar2 aku minati, jadi aku hanya sekedar asal saja mengisi sesuai dengan trend, dan aku melihat peluangku kecil untuk diterima di univ tersebut dan beasiswa tersebut karena aku itungannya masih fresh grad walaupun udah kerja hampir setahun, sementara beasiswa itu mengutamakan yg sudah punya pengalaman at least 2 tahun. Terlebih lagi cuaca di Swedia yang selalu dingin sepanjang tahun membuatku berpikir dua kali, karena aku memang tidak terlalu kuat dingin. Aku mengucapkan terimakasih kepada pihak representative dari Swedia yang sudah banyak membantu, dan beliaupun mendoakan agar aku bisa mendapatkan yang memang terbaik dan sesuai.

Perjalanan mencari kampus dan beasiswapun masih berlanjut.

(To be continued...)

di part berikutnya aku akan menceritakan pengalamanku mencoba beasiswa LPDP, StuNed, dan lainnya.

update:

Road to Reihan Putri, S.H., LL.M part 2 (my LPDP story)

Road to Reihan Putri, S.H., LL.M part 3 (my StuNed and AAS story and when I finally got awarded the scholarship)




8 comments:

  1. Perjuangan yang berbuah manis. Salut, semangatnya luar biasa untuk bisa kuliah di luar negeri.

    ReplyDelete
  2. Put, mau dong contoh esay pas lpdp. Pls send to: Pratiwi.evidita@gmail.com

    Thaanks

    ReplyDelete
  3. Aahh good luck ya!!!
    Aku jg pas awalnya sampe 1 lemari simpen brosur beasiswa ke jpg..
    Tapi sampe skrg masi macet di toefll..
    Km hebattt bisa sampe skors IELTS nyaaa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, hihi, semangat kamu pasti bisa!!!

      Delete
  4. Yuwanda ChairunnisaJun 21, 2016, 12:06:00 AM

    Terima kasih, Kak Reihan Putri inspiratif sekali. Saya sungguh bangga.

    ReplyDelete