Bagaimana? sudah membaca Road to Reihan Putri, S.H., LL.M part 1 (IELTS dan Swedish Institute) dan Road to Reihan Putri, S.H., LL.M part 2 (LPDP) ?
Di Part 3 ini aku akan menceritakan mengenai beasiswa StuNed dan AAS
Setelah gagal dengan LPDP aku pun berniat menyimpan satu jatah terakhir untuk kapan-kapan, aku mau coba beasiswa lain dulu, tentunya aku sudah browsing-browsing sebelumnya jadi aku tinggal lihat lagi apa saja yang harus aku persiapkan. Waktu itu prioritasku StuNed yang deadlinenya 1 April, Fullbright 15 April dan AAS 30 April. Aku hanya memilih untuk mendaftar beasiswa yang mekanisme pembiayannya full saja, karena sebenarnya beasiswa yang tesedia di luar sana ada buanyaaak banget.
Waktu itu aku pernah mendatangi pameran pendidikan Belanda di Erasmus Huis sampai dua kali, paahal ada beauty event yang lumayan wow tapi aku lebih pilih untuk datang ke Pameran Pendidikan Belanda, waktu itu ada banyak beasiswa yang mempresentasikan beasiswanya, ada StuNed, Beasiswa Unggulan, Beasiswa Dikti, LPDP, Beasiswa kominfo, Beasiswa Spirit, Erasmus +, dan lain sebagainya, sewaktu itu belum pengumuman beasiswa LPDP tapi aku sudah apply, dan begitu aku mendengar presentasi beasiswa StuNed entah kenapa deep inside aku lebih berharap bisa dapat StuNed, dibandingkan LPDP.
Tilburg University
Waktu itu juga aku berkenalan dengan Eduplan Indonesia yang merupakan Agen Tilburg University, dari awal memang aku sudah berniat untuk mendaftar di Tilburg University karena di Belanda hanya Tilburg yang punya jurusan Law and Technology, adalagi sih di Leiden tapi prerequisite coursenya master degree, kan ga mungkin jadinya, lalu aku juga baru tau kalo Tilburg University berkali-kali mendapatkan predikat best law school di Belanda, teteapi Tilburg tidak (belum) masuk list LPDP karena dia hanya punya 6 fakultas, jadi bukan full university. Akhirnya aku dibantu oleh Mas Yunius dari Eduplan untuk mempersiapkan berkas-berkas, aku hanya diberi tahu saja mengenai apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan, tetapi semuanya aku kerjakan sendiri.
Hampir semua univ sekarang daftarnya via website saja, cukup buat akun lalu upload dokumen yang diperlukan dan selesai, tinggal tunggu hasilnya deh berupa letter of acceptance (LoA) atau kalau kurang beruntung ya letter of rejection. Aku sendiri membuat akun di banyak banget universitas, ya gak sampe 10 sih hehe, tapi pada akhirnya yang aku benar- benar selesaikan dan submit hanya di Tilburg saja.
Tanggal 19 Februari aku submit berkas ke Tilburg via MySAS, tanggal 10 Maret 2016 aku mendapatkan conditional LoA, yang artinya aku sudah diterima tetapi belum sepenuhnya, masih ada berkas yang harus aku lengkapi lagi, pada kasusku adlah aku harus mengirimkan dokumen asli yaitu ijazah dan transkrip translate+legalisir asli ke universitasnya, rata-rata universitas di Belanda memang mensyaratkan hal tersebut, biaya kirim dokumennya lumayan wow sih, tapi demi mengejar apply StuNed tanggal 1 April aku mengirimkan dokumen yang diminta via ekspedisi express (tapi lupa nama ekspedisinya) dan diterima sekitar tanggal 14 Maret 2016 oleh pihak Tilburg University, akhirnya status penerimaankupun berubah menjadi unconditional, hanya unconditional LoA yang diterima oleh StuNed.
StuNed Scholarship
Setelah mendapatkan unconditional LoA, akupun mulai mempersiapkan berkas-berkas untuk apply beasiswa StuNed, menurutku ini beasiswa yang administrasinya cukup simple, kalo dibandingin sama LPDP sih simple banget, kamu cuma perlu ke webnya, download form aplikasi dan form CV dan lengkapi form sesuai yang diminta, dan attachmentnya ga banyak kok, cuma ijazah, tranksrip, IELTS sama unconditional LoA, as easy as 123 lah ya, gaperlu surat ina, inu, anu.
Di Part 3 ini aku akan menceritakan mengenai beasiswa StuNed dan AAS
Setelah gagal dengan LPDP aku pun berniat menyimpan satu jatah terakhir untuk kapan-kapan, aku mau coba beasiswa lain dulu, tentunya aku sudah browsing-browsing sebelumnya jadi aku tinggal lihat lagi apa saja yang harus aku persiapkan. Waktu itu prioritasku StuNed yang deadlinenya 1 April, Fullbright 15 April dan AAS 30 April. Aku hanya memilih untuk mendaftar beasiswa yang mekanisme pembiayannya full saja, karena sebenarnya beasiswa yang tesedia di luar sana ada buanyaaak banget.
Waktu itu aku pernah mendatangi pameran pendidikan Belanda di Erasmus Huis sampai dua kali, paahal ada beauty event yang lumayan wow tapi aku lebih pilih untuk datang ke Pameran Pendidikan Belanda, waktu itu ada banyak beasiswa yang mempresentasikan beasiswanya, ada StuNed, Beasiswa Unggulan, Beasiswa Dikti, LPDP, Beasiswa kominfo, Beasiswa Spirit, Erasmus +, dan lain sebagainya, sewaktu itu belum pengumuman beasiswa LPDP tapi aku sudah apply, dan begitu aku mendengar presentasi beasiswa StuNed entah kenapa deep inside aku lebih berharap bisa dapat StuNed, dibandingkan LPDP.
Tilburg University
Waktu itu juga aku berkenalan dengan Eduplan Indonesia yang merupakan Agen Tilburg University, dari awal memang aku sudah berniat untuk mendaftar di Tilburg University karena di Belanda hanya Tilburg yang punya jurusan Law and Technology, adalagi sih di Leiden tapi prerequisite coursenya master degree, kan ga mungkin jadinya, lalu aku juga baru tau kalo Tilburg University berkali-kali mendapatkan predikat best law school di Belanda, teteapi Tilburg tidak (belum) masuk list LPDP karena dia hanya punya 6 fakultas, jadi bukan full university. Akhirnya aku dibantu oleh Mas Yunius dari Eduplan untuk mempersiapkan berkas-berkas, aku hanya diberi tahu saja mengenai apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan, tetapi semuanya aku kerjakan sendiri.
Hampir semua univ sekarang daftarnya via website saja, cukup buat akun lalu upload dokumen yang diperlukan dan selesai, tinggal tunggu hasilnya deh berupa letter of acceptance (LoA) atau kalau kurang beruntung ya letter of rejection. Aku sendiri membuat akun di banyak banget universitas, ya gak sampe 10 sih hehe, tapi pada akhirnya yang aku benar- benar selesaikan dan submit hanya di Tilburg saja.
Tanggal 19 Februari aku submit berkas ke Tilburg via MySAS, tanggal 10 Maret 2016 aku mendapatkan conditional LoA, yang artinya aku sudah diterima tetapi belum sepenuhnya, masih ada berkas yang harus aku lengkapi lagi, pada kasusku adlah aku harus mengirimkan dokumen asli yaitu ijazah dan transkrip translate+legalisir asli ke universitasnya, rata-rata universitas di Belanda memang mensyaratkan hal tersebut, biaya kirim dokumennya lumayan wow sih, tapi demi mengejar apply StuNed tanggal 1 April aku mengirimkan dokumen yang diminta via ekspedisi express (tapi lupa nama ekspedisinya) dan diterima sekitar tanggal 14 Maret 2016 oleh pihak Tilburg University, akhirnya status penerimaankupun berubah menjadi unconditional, hanya unconditional LoA yang diterima oleh StuNed.
Conditional LoA |
Unconditional LoA |
StuNed Scholarship
Setelah mendapatkan unconditional LoA, akupun mulai mempersiapkan berkas-berkas untuk apply beasiswa StuNed, menurutku ini beasiswa yang administrasinya cukup simple, kalo dibandingin sama LPDP sih simple banget, kamu cuma perlu ke webnya, download form aplikasi dan form CV dan lengkapi form sesuai yang diminta, dan attachmentnya ga banyak kok, cuma ijazah, tranksrip, IELTS sama unconditional LoA, as easy as 123 lah ya, gaperlu surat ina, inu, anu.
Di form ada 3 pertanyaan pamungkas yang kamu boleh jawab dalam maksimal 200 kata, pada saat open house di Erasmus, aku mengikuti workshop pembuatan motivation letter yang dibawakan oleh Mbak Inti dari Neso Indonesia, dan disitu aku sangat tercerahkan mengenai cara membuat motivation letter yang baik, dan kata Mbak Inti cara kita membuat motivation letter harus melihat siapakah targetnya, apakah universitas, apakah pemberi beassiwa dari pemerintah dalam negeri, pemerintah luar negeri, dan khusus untuk beasiswa kita harus liat apa sih yang mereka cari. Mbak Inti juga meminta beberapa peserta waktu itu untuk menyebutkan 3 kelebihan mereka dan juga kampus pilihan mereka, intinya jangan hanya menyebutkan kelebihan kita secara abstrak tetapi menjelaskan mengapa kita bisa ngaku2 kalo kita punya kelebihan tersebut. Intinya sih ya dare to be you, but in the best form of yourself.
Selain itu aku juga bergabung dalam support grup di LINE bernama "Preparation StuNed" dimana orang-orangnya sangat baik dan kerap berbagi informasi mengenai pendaftaran StuNed, bagaimana cara mengisi form yang baik dan sebagainya.
Pada tanggal 1 April, OMG deadliner banget yah, akhirnya aku pun mensubmit hardcopy ke kantor Neso Indonesia di Menara Jamsostek, oiyah kalo StuNed harus submit hardcopy gak hanya aplod dokumen via web ya, jadi kalo dari luar kota harus kasih jarak untuk waktu pengiriman. Aku juga baru print pada hari itu, dan untungnya aku ngecek2 lagi, karena ternyata hasil printnya agak ngaco gitu sampe beberapa kali print, jadi formnya ada yang kepotong, pada udah kubuat jadi pdf lho, jadi ini juga penting lagi, cek lagi! Udah gitu di tengah jalan aku baru sadar kalau gak punya lem buat ngelem amplopnya, akhirnya mampir Indomaret eh ga jual lem, akhirnya minjem staples di kasir Indomaret eh ternyata salah nyetaples haha, akhirnya minjem staples lagi di resepsionis Menara Jamsostek, sungguhlah sangat drama.
Setelah disubmit akhirnya tinggal harap-harap cemas sama banyak-banyak doa, karena emang ga ada tahapan seleksi lagi, langsung pengumuman cuy, makanya kalo dibandingin sama beasiswa sebelah ini mah ga ada ngerepotin2nya banget #barisansakithatijadinyinyir
Sekitar pertengahan April aku mendapat email konfirmasi bahwa berkasku telah diterima oleh pihak Nuffic Neso dan harap bersabar nunggu pengumuman sekitar akhir Mei atau awal Juni. Fiuhh, alhamdulillah, berkasku selamat tanpa kekurangan satu apapun.
Fulbright
Sambil menunggu akhirnya aku masih punya 14 hari untuk mempersiapkan berkas Fulbright, tapi waktu aku datang open house di @America dan mengetahui kalau Fulbright itu hanya mengcover sebesar 32.500 USD all in, dan konon kabarnya dari yang udah berangkat itu gak cukup atau kudu ngirit pisan, dan emang aku ga minat-minat banget kuliah di Amerika, entah kenapa mungkin karena belom pernah langsung kesana, kalo di Eropa tuh kaya aman, nyaman, damai, bangunannya antik-antik, gak riweuh aja, kemana-mana bisa naik kendaraan umum, kalo di Amerika kaya riweuh, macet, kemana-mana harus naik mobil, lah apa bedanya ma Depok LOL, belom lagi banyak adegan tembak-tembakan sana sini #kebanyakannontontipi.
Australia Awards Scholarship (AAS)
Akhirnya aku memutuskan untuk skip daftar Fulbright dan langsung move on ke AAS, aku juga ikutan support groupnya "AAS Hunters", yang mana sampai sekarang juga masih rame banget dan sangat banyak informasi yang bisa di dapat di sana. Semua tata cara, syarat-syarat, and the brah bisa kamu download dari webnya, dan semua proses aplikasi dilakukan via web juga, alias aplod mengaplod segala macam dokumen, no hard copy tapi kamu harus nunjukkin dokumen asli atau menyerahkan certified dokumennya kalo shortlisted, dan kamu harus perhatikan ya karena tiap negara punya deadline yang berbeda-beda dan juga dokumen yang harus di aplod berbeda-beda, sangat membantu sih menurutku ikutan support groupnya. AAS ini konon kabarnya salah satu beasiswa paling generous, karena stipendnya banyak, udah gitu sebelom berangkat yang shortlisted disekolahin IELTS juga sama mereka, dibayarin, dan dibayarin tes IELTSnya juga dan abis itu hasilnya buat kita pun kita gak lolos wawancara tahap akhir. Denger-denger juga yang dapet AAS pas balik ke Indo bisa beli mobil bahkan rumah saking banyak duitnya. Tapi buat mencapai shortlisted aja juga perjuangan banget karena pendaftarnya tiap tahun bisa sampai 4000an dan yang diterima paling banyak 10% saja dari itu, jadi ya emang persaingannya ketat banget. Lebih lagi AAS juga membagi-bagi ada golongan open dan public, targeted dan non-targetted dan masing-masing juga ada kuotanya sendiri-sendiri.
Australia kayaknya boleh juga nih, walaupun pendaftarannya sendiri timelinenya panjang bener, sampe yang pernah aku baca beberapa bahkan udah lupa mereka daftar AAS pas dapet surat panggilan. Kalo AAS ini jadi seleksi tahun 2016 adalah untuk berangkat tahun 2017. Kampus di Aussie pun bagus-bagus dan akhirnya aku milih buat propose UNSW dan Monash di jurusan seputar law and technology juga. Jadi kalo beasiswa AAS, kita apply universitasnya nanti setelah lolos seleksi beasiswanya, walaupun kalau sudah punya LoA bisa disertakan juga, siapa tau jadi pertimbangan pemberi beasiswa, tetapi pada dasarnya sih kita harus lolos AAS dulu baru setelah itu apply univnya dan kalo sudah lolos AAS sih most likely semua kampus juga mau nerima kita.
Waktu itu Rani dan Muthi juga bilangnya mau apply AAS, begitu juga dengan Prita, tapi makin dekat deadline tiba-tiba semua pada berguguran wkwkwk, aku sendiri waktu itu sudah sekitar setengah jalan, bahkan lebih mungkin ya, yang belum aku selesaikan hanya motivation statementnya saja, dan pada akhirnya..... aku gajadi daftar juga hahaha, aku gak menemukan motivasi yang cukup kuat untuk menuliskan motivation statement, padahal menurutku motivation statement itu harus ditulis pake hati banget, dan aku takutnya malah kalo apply asal kalo berikutnya mau apply lagi jadi ngaruh, karena di form ada tulisan apakah pernah apply AAS sebelumnya. Akhirnya yasudah karena deadline semakin dekat dan aku tidak juga menemukan aha momen dalam hal membuat motivation statement akhirnya aku juga gajadi apply.
Deep inside dari jaman dahulu kala aku emang pengen banget sekolah di Eropa, dan cuma Eropa, dan kalo kalian baca blog daily ku juga sering banget aku ngomong bakal ngelanjutin kuliah ke Belanda, lagi-lagi yah, omongan adalah doa, makanya kalau ngomong harus hai-hati yang baik-baik aja, walaupun pada awalnya aku berniat menebar jaring sebanyak-banyaknya sebagaimana aku tulis di part 1, pada akhirnya aku cuma apply ke Tilburg University dan cuma submit LPDP dan StuNed.
Finally.....
Pada tanggal 25 Mei 2016, pagi itu aku dianter papi ke stasiun Kebayoran Lama buat pergi ke Depok, ngos-ngosan aku ngejar kereta yang sudah sampai di peron, alhamdulillah kebagian masuk sebelum pintunya ditutup. Langsung aku ambil handphone dari saku dan yang pertama aku liat di home hapeku adalah chat dari grup Preparation StuNed yang bilang bahwa pengumuman sudah keluar, langsung dag dig dug duer bangetlah hati ini, pas aku scroll ke bawah ada email masuk dari StuNed dan di subjectnya ada tulisan congratulation, huwaaah, langsung aku buka emailnya dan begini isinya.
Langsung deh aku gemeteran parah, literally gemeteran sampe mau nulis di whatsapp ngabarin orang tua aja ga sanggup ngetiknya, akhirnya setelah tarik dan buang napas dan berusaha mengontrol diri ini, akhirnya bsia ngetik di whatsapp, langsung ngabarin mami, papi, pacar, temen2 di grup ini inu anu, wkwkwk, saking bahagianya, dan hari itu emang aku ada janji sama Rani dan Aya buat meet up di GI, jadi kaya pas banget gitu. StuNed kasih waktu sampai 28 Mei untuk confirm apakah beasiswanya mau diambil atau gak, dan tentu saja aku langsung confirm saat itu juga kalo aku ambil beasiswanya.
Alhamdulillah, terimakasih banyak untuk yang mendukung langkahku hingga saat ini, next aku bakal ceritain pas Welcoming Day StuNed, supaya kalian bisa lebih memahami tentang beasiswa ini ya.
Man Shabara Zhafira, siapa yang bersabar pasti akan beruntung.
Baca juga:
Road to Reihan Putri, S.H., LL.M part 1 (IELTS dan Swedish Institute)
Road to Reihan Putri, S.H., LL.M part 2 (LPDP)
Tips Mencari Kuliah S2 dan Beasiswa Luar Negeri ala Reihan Putri
Setelah disubmit akhirnya tinggal harap-harap cemas sama banyak-banyak doa, karena emang ga ada tahapan seleksi lagi, langsung pengumuman cuy, makanya kalo dibandingin sama beasiswa sebelah ini mah ga ada ngerepotin2nya banget #barisansakithatijadinyinyir
Sekitar pertengahan April aku mendapat email konfirmasi bahwa berkasku telah diterima oleh pihak Nuffic Neso dan harap bersabar nunggu pengumuman sekitar akhir Mei atau awal Juni. Fiuhh, alhamdulillah, berkasku selamat tanpa kekurangan satu apapun.
Fulbright
Sambil menunggu akhirnya aku masih punya 14 hari untuk mempersiapkan berkas Fulbright, tapi waktu aku datang open house di @America dan mengetahui kalau Fulbright itu hanya mengcover sebesar 32.500 USD all in, dan konon kabarnya dari yang udah berangkat itu gak cukup atau kudu ngirit pisan, dan emang aku ga minat-minat banget kuliah di Amerika, entah kenapa mungkin karena belom pernah langsung kesana, kalo di Eropa tuh kaya aman, nyaman, damai, bangunannya antik-antik, gak riweuh aja, kemana-mana bisa naik kendaraan umum, kalo di Amerika kaya riweuh, macet, kemana-mana harus naik mobil, lah apa bedanya ma Depok LOL, belom lagi banyak adegan tembak-tembakan sana sini #kebanyakannontontipi.
Australia Awards Scholarship (AAS)
Akhirnya aku memutuskan untuk skip daftar Fulbright dan langsung move on ke AAS, aku juga ikutan support groupnya "AAS Hunters", yang mana sampai sekarang juga masih rame banget dan sangat banyak informasi yang bisa di dapat di sana. Semua tata cara, syarat-syarat, and the brah bisa kamu download dari webnya, dan semua proses aplikasi dilakukan via web juga, alias aplod mengaplod segala macam dokumen, no hard copy tapi kamu harus nunjukkin dokumen asli atau menyerahkan certified dokumennya kalo shortlisted, dan kamu harus perhatikan ya karena tiap negara punya deadline yang berbeda-beda dan juga dokumen yang harus di aplod berbeda-beda, sangat membantu sih menurutku ikutan support groupnya. AAS ini konon kabarnya salah satu beasiswa paling generous, karena stipendnya banyak, udah gitu sebelom berangkat yang shortlisted disekolahin IELTS juga sama mereka, dibayarin, dan dibayarin tes IELTSnya juga dan abis itu hasilnya buat kita pun kita gak lolos wawancara tahap akhir. Denger-denger juga yang dapet AAS pas balik ke Indo bisa beli mobil bahkan rumah saking banyak duitnya. Tapi buat mencapai shortlisted aja juga perjuangan banget karena pendaftarnya tiap tahun bisa sampai 4000an dan yang diterima paling banyak 10% saja dari itu, jadi ya emang persaingannya ketat banget. Lebih lagi AAS juga membagi-bagi ada golongan open dan public, targeted dan non-targetted dan masing-masing juga ada kuotanya sendiri-sendiri.
Australia kayaknya boleh juga nih, walaupun pendaftarannya sendiri timelinenya panjang bener, sampe yang pernah aku baca beberapa bahkan udah lupa mereka daftar AAS pas dapet surat panggilan. Kalo AAS ini jadi seleksi tahun 2016 adalah untuk berangkat tahun 2017. Kampus di Aussie pun bagus-bagus dan akhirnya aku milih buat propose UNSW dan Monash di jurusan seputar law and technology juga. Jadi kalo beasiswa AAS, kita apply universitasnya nanti setelah lolos seleksi beasiswanya, walaupun kalau sudah punya LoA bisa disertakan juga, siapa tau jadi pertimbangan pemberi beasiswa, tetapi pada dasarnya sih kita harus lolos AAS dulu baru setelah itu apply univnya dan kalo sudah lolos AAS sih most likely semua kampus juga mau nerima kita.
Waktu itu Rani dan Muthi juga bilangnya mau apply AAS, begitu juga dengan Prita, tapi makin dekat deadline tiba-tiba semua pada berguguran wkwkwk, aku sendiri waktu itu sudah sekitar setengah jalan, bahkan lebih mungkin ya, yang belum aku selesaikan hanya motivation statementnya saja, dan pada akhirnya..... aku gajadi daftar juga hahaha, aku gak menemukan motivasi yang cukup kuat untuk menuliskan motivation statement, padahal menurutku motivation statement itu harus ditulis pake hati banget, dan aku takutnya malah kalo apply asal kalo berikutnya mau apply lagi jadi ngaruh, karena di form ada tulisan apakah pernah apply AAS sebelumnya. Akhirnya yasudah karena deadline semakin dekat dan aku tidak juga menemukan aha momen dalam hal membuat motivation statement akhirnya aku juga gajadi apply.
Deep inside dari jaman dahulu kala aku emang pengen banget sekolah di Eropa, dan cuma Eropa, dan kalo kalian baca blog daily ku juga sering banget aku ngomong bakal ngelanjutin kuliah ke Belanda, lagi-lagi yah, omongan adalah doa, makanya kalau ngomong harus hai-hati yang baik-baik aja, walaupun pada awalnya aku berniat menebar jaring sebanyak-banyaknya sebagaimana aku tulis di part 1, pada akhirnya aku cuma apply ke Tilburg University dan cuma submit LPDP dan StuNed.
Finally.....
Pada tanggal 25 Mei 2016, pagi itu aku dianter papi ke stasiun Kebayoran Lama buat pergi ke Depok, ngos-ngosan aku ngejar kereta yang sudah sampai di peron, alhamdulillah kebagian masuk sebelum pintunya ditutup. Langsung aku ambil handphone dari saku dan yang pertama aku liat di home hapeku adalah chat dari grup Preparation StuNed yang bilang bahwa pengumuman sudah keluar, langsung dag dig dug duer bangetlah hati ini, pas aku scroll ke bawah ada email masuk dari StuNed dan di subjectnya ada tulisan congratulation, huwaaah, langsung aku buka emailnya dan begini isinya.
Langsung deh aku gemeteran parah, literally gemeteran sampe mau nulis di whatsapp ngabarin orang tua aja ga sanggup ngetiknya, akhirnya setelah tarik dan buang napas dan berusaha mengontrol diri ini, akhirnya bsia ngetik di whatsapp, langsung ngabarin mami, papi, pacar, temen2 di grup ini inu anu, wkwkwk, saking bahagianya, dan hari itu emang aku ada janji sama Rani dan Aya buat meet up di GI, jadi kaya pas banget gitu. StuNed kasih waktu sampai 28 Mei untuk confirm apakah beasiswanya mau diambil atau gak, dan tentu saja aku langsung confirm saat itu juga kalo aku ambil beasiswanya.
Alhamdulillah, terimakasih banyak untuk yang mendukung langkahku hingga saat ini, next aku bakal ceritain pas Welcoming Day StuNed, supaya kalian bisa lebih memahami tentang beasiswa ini ya.
Man Shabara Zhafira, siapa yang bersabar pasti akan beruntung.
Baca juga:
Road to Reihan Putri, S.H., LL.M part 1 (IELTS dan Swedish Institute)
Road to Reihan Putri, S.H., LL.M part 2 (LPDP)
Tips Mencari Kuliah S2 dan Beasiswa Luar Negeri ala Reihan Putri
Puttt aku baca ketiga part cerita kamu dan sangat memotivasi! :') semangat ya sayangku disana nanti, so happy for you! ♥ doakan aku juga bisa menyusul ya, aku pun begitu lulus langsung mau persiapan cari2 beasiswa S2 juga. thanks for sharing and once again, congratulations! :*
ReplyDelete{www.colored-canvas.com}
AAah makasih Ghinaaa, semangat ya semoga cepet sarjana, good luck juga buat ke depannya, pasti bisa!
DeleteMantappp putri...sukses juga ya untuk kuliahnya!
ReplyDeleteThank youu mbak Gena, sama2 ya, semangat buat kita!
Deleteselamat Putri sayang, masuknya kapan? Ketemu kita di Belanda yaa, aku ke ISS di The Hague :)
ReplyDeleteWoow, yuk nanti kita ketemuan kalo perlu traveling bareng hihi, aku sampe Belanda tgl 18 Agustus insya Allah. Dateng pre dept briefingnya ga kak?
DeleteSakses mba reiputt, memang mba pedoman hidup anak muda lkbh. Aku boleh minta contoh motivation letter univ sama form stunednya ga mba? he he he
ReplyDeletedikirim ke michaelwidyap@gmail.com ya mba :)))
Thankies mba reiput
sip sent
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteKak, aku mau juga dong : cornelialita@yahoo.com. Thank you in advance :)
DeleteMba put, aku boleh minta contoh motivation letter sama 3 jawaban di form stunednya gak? Kalo boleh aku minta kirim ke andreivyazmov@gmail.com ya mbak,thanks inspirasinya mba...
ReplyDeletehalo sudah aku kirimkan ya :)
DeleteHalo mba putri..ini aku Lily yg chat ke line. Boleh aku minta motivation letter dan form stuned untuk referensi?
ReplyDeleteDikirim ke email lilyana.pratiwi@gmail.com
Makasih banyak :)
halo sudah aku kirimkan ya:)
DeleteSis, mau sample motivation letter dan form jugakk hihi, email gw pattyregina93@gmail.com
ReplyDeleteThanks Putsss :*
sip, sent!
DeleteSelamat malam mbak reihan, aku boleh minta contoh motivation letter nya sama 3 jawaban di form stuned juga ngga? kalau boleh kirim ke mohammad.iqbal01@gmail.com ya mbak, terimakasih inspirasinya mbak, semoga sukses terus
ReplyDeletesip, sent!
DeleteKa reihaaan.. ini vira.. mau minta contoh motlet nya juga dan 3 jawaban di form stuned.. emailnya myelvamusvira@yahoo.com . Makasih ya kak, sukses kuliahnya!
ReplyDeleteaamiin, sip, sent!
Deletekak putri terima kasih udah nulis ini, saya boleh minta contoh motivation letter nya sama 3 jawaban di form stuned juga kak di kirim ke email ovindaaa@gmail.com ? semoga jadi ladang pahala dan ditunggu tulisan inspiratif lainnya
ReplyDeleteaamiin, makasiih, sent!
DeleteHi sis,saya boleh minta contoh motivation letter sama 3 jawaban di form stunednya gak? ke email s.grace.darmawan@gmail.com
ReplyDeleteThank youu :)
Hi sis Putri, saya boleh minta juga motivation letter sama 3 jawaban di form stunednya gak? ke s.grace.darmawan@gmail.com
ReplyDeletethank you ;) sukses terus ya study-nya..
aamiin, makasih ya, sent!
Deleteselamat malam mbaak.. aku temennya arum yg mau ikut stuned hehe.. boleh minta contoh motivation letternya ke yulianugroho@ymail.com? makasih banyak mbak! semoga barokah!
ReplyDeleteaamiin, makasih ya, sent!
Deletemalam mbak.. saya yulia, temannya arum hehe.. boleh minta contoh motivation letter stuned nya mbak? terimakasih banyak ya mbaak.. semoga barokah!
ReplyDeleteHi kak reihan putri! Selamat ya udah kuliah di Belanda, boleh minta motivation letter & contoh form Stuned? Emailku: angelinajoanne@outlook.com
ReplyDeleteHeheh, thank you in advance! Semoga lancar ya kuliahnya :D
Thank youu, sent ya
DeleteHalo Mbaaa. Aku seneng bgt dpt blog nya Mba. Nyari yang bahas Tilburg agak susah soalnya hehe. Aku rencana tahun depan berangkat ke Tilburg, sekalian mau coba beasiswa Stuned. Kalau boleh, apakah aku bisa minta contoh 3 jawaban di form Stuned? Email aku di rizkynataliasitorus@gmail.com.
ReplyDeleteTerima kasih banyak dan sukses utk kuliahnya ya Mba! :)
Halo mba Putri, senang melihat blog ini begitu menginspirasi banyak orang. Dan ini juga menginspirasi saya untuk bs mengejar beasiswa s2 spt mba. Oleh karena itu, bolehkah saya melihat motivation letter dan jawaban form stunned mba untuk referensi saya ke adella.chong@gmail.com
ReplyDeleteTerima kasih banyak mba, semoga sukses kuliahnya disana :)
Assalamualaikum.. mba rei.. saya baru baca tulisan mbaknya di blog ttg perjuanga mencari beasiswa s2 di tilburg.. kalau boleh tau, ada tulisan yg mnyatakan kalau di tilburg itu termasuk sekolah hukum yang terbaik di belanda.. untuk cari info resminya bisa dilihat dimna ya mba?terimakasih
ReplyDeletehalo kak, saya berminat juga mendaftar beasiswa stuned tahun ini, apakah ada kontak yang bisa dihubungi? saya ingin bertanya tentang motivation letternya kak. atau jika tidak keberatan bisa dikirim email ke marsya.nilam@yahoo.com :) terima kasih sebelumnyaa
ReplyDelete